Sunday, February 1, 2015

"Frozen" teach me something...

Let it go, let it go!
Can’t hold it back any more.
Let it go, let it go!
Turn away and slam the door.
I don’t care what they’re going to say.
Let the storm rage on.
The cold never bothered me anyway.

Kenal banget deh ya sama lirik lagu soundtrack “Frozen”, udah pada nonton film animasi ini kan? telaaaat nanyanya hihihi, udah ga tayang lagi di Bioskop, tapi ini film masih tetep tayang loh di rumahku, hampir setiap hari masih juga di tonton, bahkan bisa dua kali dalam sehari bila di perlukan hihihihi. Tapi memang ya ini film layak tonton, jangankan anak – anak, ibu – ibu macam aku juga masih aja menikmati tiap kali si krucil minta di puterin DVD nya, rebutan nyanyi soundtrack nya juga pernah ;))

Awal – awal sih cuma ikutan dan nemenin nonton si krucil aja sambil seru – seruan kita nyanyiin lagu – lagunya, tapi karena udah terlalu sering di cekokin sama film ini lama – lama kok jadi belajar sesuatu ya dari ceritanya, penasaran aku belajar apaan dari film ini? Yuuk mari lanjut dibaca terus….
Frozen ini adalah sebuah animasi yang bercerita tentang kehidupan keluarga kerajaan Arendelle yang dianugerahi dua putri, Elsa dan Anna. Si sulung Putri Elsa dikaruniai kemampuan menciptakan es dan salju yang dengan kemampuannya ini tanpa sengaja mencelakai adiknya, Putri Anna. Kemampuan ini akan semakin berkembang dan diasumsikan akan jahat tak terkendali. Dari sinilah cerita film ini kemudian dibangun.

Adegan dimana ketika kemampuan Putri Elsa menciptakan es dan salju diasumsikan akan jahat tak terkendali, orang tua Putri Elsa memutuskan untuk “mengamankan” kekuatannya nya dengan menutup gerbang kerajaan dan Putri Elsa di isolasi di dalam kamar dengan alasan agar orang sekitar tidak terluka oleh "kekuatannya". Belakangan adegan ini sedikit mengganggu pikiranku. Memang menjadi “beda” itu tidak mudah, dan menjadi orang tua dari anak yang “berbeda” jelas juga bukan hal yang mudah. Kebanyakan orang akan berusaha memaksakan diri untuk menjadi normal seperti orang lain yang justru akan sangat menyiksa dan jadi beban karena tidak menjadi diri sendiri, atau juga solusi yang biasan diambil adalah pergi atau menghindar dengan alasan ini bukan lingkungan yang cocok untuk kita atau alasan akan membahayakan orang lain dan lain sebagainya, itu semua cuma menunda masalah dan kita tidak akan pernah tahu sejauh mana kemampuan kita menghadapi atau bahkan kita tidak akan pernah tahu bahwa sebenarnya kita punya solusi akan masalah itu hanya karena kita terlalu sibuk dengan imajinasi horor kita sendiri sehingga terlalu takut juga untuk menghadapinya .

Dan kembali lagi ke adegan Frozen dimana setelah melalui pergulatan yang tidak mudah, ketika masalah ini terjadi dan Putri Elsa ada pada titik harus menghadapinya, ternyata solusi pun hadir. Hasilnya, kemampuan yang dulu sangat di takutinya dan diasumsikan jahat ini dapat dikendalikan oleh Putri Elsa. Bergerak meninggalkan imajinasi horor diri sendiri dan ketakutan yang di ciptakan oleh lingkungan, menjadi anugerah yang indah dalam kehidupannya.

Yaaaa,,,,dan karena adegan ini jugalah, saya sebagai orang tua tiba – tiba mendapat PR untuk selalu bisa memahami bahwa setiap anak itu unik dengan kelebihan dan kekurangannya masing – masing, apa yang kita anggap itu adalah “kekurangan” hanya karena anak kita tidak seperti anak – anak pada umumnya atau anak kita tidak sesuai dengan yang kita harapkan ( menjadi anti mainstream itu memang ga mudah ;) ) itu bukanlan alasan kita untuk “mengecilkan” anak kita. Bantu mereka dengan “kekurangan” itu, tanamkan bahwa “kekurangan” itu bisa menjadi kelebihan kita bila kita mau dan mampu mengolahnya dan tau bagaimana harus bersikap.
Beberapa poin yang masuk dalam list “must have item” nya para ortu nih:
  1. Bergaul lahir batin dengan anak, bukan Cuma hadir fisik aja buat anak, tapi hadirlah secara secara batin juga seperti kita ada untuk sahabat.
  2. Kalau gaul lahir batin udah lulus, maka jadi ortu yang asik akan segera nyusul, biar anaklebih memilih cerita ke ortu daripada memendam atau lebih pilih cerita ke temen.
  3. Jadi tauladan dan bukan Cuma bisa ceramah aja, biar predikat ortu rese atau predikat ortu kepo tidak sampai mampir hihihi.
Cihuuuyyyy,,,,semoga kita jadi Ortu yang mau terus belajar, belajar dari mana saja dan tumbuh bareng anak – anak kita. Masih ada PR lain juga ini yang aga mengusik pikiran, mau tau? next episode yaaa, masih nunggu waktu buat nulis nulis lagi....


Love,

No comments:

Post a Comment